Selamat Datang di Blog HMJ Sosiologi FISIP Universitas Lampung

Selasa, 30 April 2013

Seminar Kewirausahaan yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung pada Minggu, 28 April 2013 Pukul 08.00 WIB di Gedung B.3.1 FISIP Universitas Lampung. Tema yang diangkat dari acara ini adalah "Change Yourself To Be An Entrepreneur". Pemateri dari Seminar Kewirausahaan ini adalah kak Bayu. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengembangkan jiwa entrepreneur mahasiswa serta memperkaya akan pengetahuan entrepreneur.

Peserta yang hadir dalam acara Seminar Entrepreneur ini berasal dari dalam dan luar kampus Universitas Lampung yaitu POLTEKKES Tanjung Karang yang turut hadir dalam acara ini. Terimakasih banyak kepada teman-teman yang berasal dari dalam dan luar kampus Universitas Lampung yang telah hadir dan meramaikan acara ini.




Senin, 29 April 2013

Pelatihan Penulisan Proposal Penelitian (P4) yang diadakan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung yang berlangsung sukses dengan kurang lebih 100 orang yang mengikuti pelatihan ini. Pelatihan ini dilaksanakan pada Sabtu, 27 April 2013 Pukul 08.00 di Gedung B.3.1 FISIP Universitas Lampung.

Dalam pelatihan ini, peserta disuguhkan dengan materi-materi yang melingkupi dua metode penelitian (kualitatif dan kuantitatif) serta penggunaan bahasa Indonesia berdasarkan EYD yang benar dalam penulisan proposal penelitian. Tujuan diadakan pelatihan ini adalah untuk memperkaya pengetahuan tentang proposal peneltian khususnya bagi mahasiswa yang akan mengajukan proposal penelitian. Hal ini melihat banyaknya mahasiswa yang tidak memperhatikan pengggunaan EYD dan format proposal penelitiannya.

Pemateri dari metode kualitatif yaitu Bathoven Vivit, sedangkan pemateri dari metode kuantitatif yaitu Drs. Susetyo. Dilanjutkan dengan pemateri pennggunaan EYD oleh Dewi Ayu Hidayati.

Pelatihan Penulisan Proposal Penelitian (P4) merupakan program kerja dari bidang Kajian Intelektual HMJ Sosiologi FISIP Universitas Lampung Periode 2012-2013. Kepala Bidang Kajian Intelektual yaitu sdr. Baskara Abriyanto dan Sekretaris Bidang yaitu Panca Okta Sakti.

Minggu, 21 April 2013

Oleh : M. Saddam SSDC*
(Juara I Lomba Essay Online)
“Membangun kreatifitas generasi muda Indonesia melalui perjuangan RA. Kartini sebagai agent of change” adalah tema dari sebuah ajang kompetisi menulis yang diselenggarakan secara online oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan Sosiologi FISIP Unila dalam rangka merayakan momentum hari Kartini ke-49 pada tahun 2013 ini. Saya sendiri sangat mengapresiasi berbagai upaya kreatif yang dilakukan oleh kolektif pengurus organisasi ini, termasuk untuk menyelenggarakan sebuah kompetisi menulis. Mengingat bahwa di era semakin kerasnya gempuran budaya popular-liberal dalam kehidupan mahasiswa seperti sekarang ini, keterampilan menulis essay nyaris sudah tersisihkan bahkan terkubur oleh tumpukan celotehan ringan di jejaring sosial.
Tulisan yang mengulas dan mengkaji Raden Ayu Kartini, seorang perempuan muda dari keluarga ningrat asal Jepara jawa Tengah yang kontroversial ini tentu sudah begitu banyak dan berulang kali dilakukan, dengan berbagai sudut pandang, fokus dan penulis yang juga berbeda latar belakang serta tujuannya. Namun, kondisi ini tidak menyurutkan semangat saya untuk turut menulis, meski harus saya akui agak sulit menentukan gagasan utama yang sesuai dengan tema, kualitas karya tulis saya boleh jadi jauh dari kesempurnaan, namun tetap berharap setidaknya dapat memperkaya kajian tentangnya. 
Kembali Berkenalan
Mendiang RA. Kartini (1879 - 1904) mungkin adalah satu-satunya perempuan Indonesia yang paling diistimewakan sepanjang zaman. Sejak masih hidup, ia telah menjadi perhatian banyak kalangan, terutama dari Bangsa Belanda golongan etis yang kerap menelurkan gagasan pembaharuan dalam praktik kolonial di Nusantara pada akhir abad 19. Aktivitas korespondensi Kartini yang pandai berbahasa Belanda dengan beberapa orang teman pena nya di negeri penjajah sanalah yang paling mengundang perhatian.Dalam surat-surat tersebut ia mengungkapkan berbagai penggalan gagasan yang didorong oleh keresahan mendalam tentang emansipasi dan hak-hak kaum perempuan, pendidikan umum, sistem dan kelas sosial, budaya feodal, praktik kolonialisme, penegakkan hukum, dan berbagai masalah sosial bahkan politik lainnya. Beberapa tahun setelah ia wafat, seorang birokrat Belanda mengumpulkan surat-surat itu untuk diterbitkan menjadi sebuah buku legendaris berjudul Door Duisternis Tot,lalu diterjemahkan ke bahasa Indonesia oleh sastrawan Armijn Pane dengan judul “Habis Gelap Terbitlah Terang”.
Secara resmi, bersama Cut Nyak Dien dan Cut Meutia dari Aceh, Ia dianugerahi sebagai pahlawan kemerdekaan nasional perempuan pertama di Indonesia melalui Keppres RI No. 106/1964, hal ini terjadi setelah presiden Soekarno diprotes oleh Gerwani  sebuah organisasi perempuan termaju zaman itu, karena dua puluh sosok pahlawan nasional yang diangkat Presiden sebelumnya, kesemuanya adalah laki-laki. Gerwani sendiri telah lebih dulu memelopori dengan penerbitan majalah rutin bernama “Api Kartini”. Tidak berhenti sampai disitu, melalui Keppres RI No. 108/1964 sosok RA. Kartini pun dipilih dan ditetapkan sebagai simbol dari kebangkitan kaum perempuan di negeri ini, hari lahirnya 21 April ditetapkan sebagai hari besar nasional yang patut diperingati setiap tahunnya. Sejak saat itu ia dilabeli sebagai pejuang emansipasi perempuan.
Kontroversi pun melekat dengan sosok mendiang RA. Kartini. Banyak kalangan yang menilai selama ini ia sekedar dijadikan objek, dan diekspose secara berlebihan demi pencapaian legitimasi kepentingan tertentu. Keotentikan surat dan penerjemahannya pun dipertanyakan. Bahkan tidak sedikit kalangan yang mempermasalahkan penobatan Kartini sebagai pahlawan nasional yang hari lahirnya dijadikan sebagai hari besar nasional, kelompok ini biasanya mengkronfontir peran Kartini karena dianggap pasif dibanding beberapa tokoh pahlawan perempuan lainnya, yang turut berjuang secara fisik melawan penjajah. Namun, bagaimanapun juga seorang Kartini adalah satu dari segelintir manusia yang melampaui zamannya.
Penting bagi saya untuk mengajak kita semua mencoba berkenalan kembali dengan sosok RA. Kartini bukan sekedar sebagai pelopor emansipasi perempuan, dan memperingati hari lahirnya dengan ritual formal berupa lomba berdandan dan berkebaya saja, sebagaimana diajarkan oleh Rezim Orde Baru yang sengaja mengkerdilkan jasanya. Sebab yang terpenting justru bagaimana kita mampu menyerap dan meluaskan gagasan-gagasan Kartini kepada generasi baru dan masyarakat luas dalam konteks kekinian sebagai sosok pejuang anti penindasan gender, anti penjajahan antar bangsa, dan pelopor nasionalisme Indonesia. Bacalah karyanya, jangan sekedar baca biodata singkat dan kisah hidupnya yang sentimental saja.
Gagasan dan Perjuangan
Kita memang harus lebih serius mengenal Kartini, Orang boleh saja berkata sinis, bahwa Kartini cuma anak priayi yang kesepian, kerjanya hanya menulis surat dan curhat pada teman-temannya. Akan tetapi, kalau kembali ke konteks zaman Kartini hidup dahulu, apa yang dilakukannya adalah salah satu bentuk perjuangan paling maju, mengingat tidak ada perempuan lain seberani dirinya, yang pada jamannya feodalisme masih kuat mencengkeram, tetapi dia sudah berani berkata: “Bukan terhadap pria kami melancarkan peperangan, tetapi terhadap anggapan kuno, adat, yang tidak lagi mendatangkan kebajikan bagi Jawa kami di kemudian hari”.
Bagi Kartini, apa yang disebut “zaman gelap-gulita” adalah keadaan dimana rakyat pribumi tidak bisa menikmati kemajuan. Penyebabnya, rakyat dibelenggu oleh feodalisme dan kolonialisme sekaligus, dan salah satu sarana menuju kemajuan itu adalah melalui pendidikan bagi masyarakat umum termasuk perempuan, seperti dalam sepucuk suratnya kepada sahabatnya, Stelle Zeenhandelaar, seorang sosial-demokrat Belanda. Kartini mengatakan: “Pemberian pengajaran yang baik kepada rakyat sama halnya dengan pemerintah memberikan obor ke dalam tangannya agar ia menemukan sendiri jalan yang benar menuju tempat nasi itu berada.”
Seperti diketahui, pendidikan nasional kita sebagai fondasi Bangsa memang sedang terpuruk di setiap lini, semua berakar sejak pemerintah kita mengikuti anjuran neoliberal pada masa kepemimpinan Soeharto hingga sekarang. Negara selalu berusaha lepas tangan dalam urusan pendidikan melalui berbagai aturan kebijakan yang dikeluarkannya. Tidak begitu saja, pendidikan pun diserahkan kepada mekanisme pasar, akhirnya pendidikan menjadi semacam komoditi yang diperjual-belikan, dan menciptakan segmentasi, diskriminasi, serta dehumanisasi yang begitu parah sebab iklim kompetisi yang diterapkan hanya akan menghasilkan output SDM yang berpengetahuan teknis, berwatak individualis dan apatis.
Sebagai pembaca karya Multatuli, Ia begitu meresapi arti kata “Tugas Manusia adalah Menjadi Manusia”. Kartini sadar betul, manusia tidak akan bisa mengembangkan dirinya jika tetap bodoh, miskin, dan ditundukkan oleh orang atau pihak tertentu. Karena itu ia memandang kesetaraan yang harus dicapai bukan sebatas perkara gender. Tetapi, ia juga menginginkan kesetaraan bagi seluruh golongan manusia dan bangsa. Dalam surat lain ia menulis : “Kaum perempuan tidak perlu mengkotakkan perjuangannya. Karena, bagaimanapun, laki-laki dan perempuan punya tujuan untuk menghancurkan musuh yang sama, yaitu penjajahan imperialisme dan kapitalisme atas hajat hidup orang banyak”.
Pramoedya Ananta Toer, sastrawan Indonesia terkemuka, dalam novelnya berjudul “Panggil Aku Kartini Saja” meletakkan Kartini sebagai konseptor Indonesia modern. “Dialah yang menggodok aspirasi-aspirasi kemajuan yang di Indonesia pertama kali timbul di Demak – Kudus – Jepara sejak pertengahan kedua abad yang lalu (Abad 19). Ditangannya kemajuan itu dirumuskan, diperincinya, dan diperjuangkannya, untuk kemudian menjadi milik nasion Indonesia. Dikatakan Indonesia, karena, sekalipun ia lebih sering bicara tentang Jawa, ia pun mengemukakan keinginannya buat seluruh Hindia—Indonesia dewasa ini.” Tulis Pram.
Terhadap praktik kolonialisme dan segala bentuk upaya mengamini penjajahan bangsa atas bangsa, Kartini tidak tanggung-tanggung untuk berkata : “Aku naik pitam jika mendengar orang mengatakan Hindia yang miskin. Orang mudah sekali lupa kalau negeri kera yang miskin ini telah mengisi penuh kantong kosong mereka dengan emas saat mereka pulang ke Patria setelah beberapa lama saja tinggal di sini.”
Apa yang disebut-sebut sebagai praktik kolonialisme atau penjajahan asing itu kini sudah menemukan bentuk barunya, yakni kapitalisme-neoliberal yang tak kasat mata, berbeda dengan pola penjajahan klasik yang dapat dinderai dengan mudah, berupa pendudukan negeri terbelakang oleh segelintir pasukan militer Eropa yang mengambil alih kekuasaan secara langsung, kini kita hanya mampu merasakan bentuk dominasi kekuasaan ekonomi yang berujung pada pengaruh penentuan kebijakan politik demi kelancaran proses pelipatgandaan keuntungan investor luar negeri yang menebar investasi dimana saja. Tak terelakkan bahwa kondisi sistemik seperti ini akan semakin memperlebar kesenjangan antara segelintir si kaya dan jutaan si miskin dan menggusur posisi kita menjadi kuli di negeri sendiri.
Sekarang ini, sebagaimana banyak diakui, kekayaan alam Bangsa kita pun mulai habis diangkut oleh perusahaan besar dari negeri-negeri imperialis asing, Sehingga kita masih saja terpuruk dalam label “Negara dunia ketiga” yang tak pernah kunjung maju mandiri, seakan satu-satunya pandangan yang tepat adalah Negara tidak akan mampu menjalani fungsinya mewujudkan kedaulatan dan kemandirian serta keadilan sosial bagi masyarakatnya tanpa intervensi tangan ketiga alias bantuan modal swasta terutama asing.
Memetik Makna  
Di sinilah relevansi pemikiran Kartini, bahwa manusia adalah subjek perubahan. Satu sikapnya yang tak pernah berubah adalah keberpihakan kepada masyarakat umum, ia tidak pernah merasa terpisah secara hakekat. Sekalipun dikurung dalam keraton dan dibelenggu oleh sistem hirarki feodal, Kartini terus mendeklarasikan dirinya “sebarisan nasib dengan rakyat”, meski pada akhirnya ia harus mengalah pada keputusan penjinakkan berupa pernikahan paksa.
Itulah sikap yang sangat jarang ditemukan sekarang, yang terjadi justru kebalikannya, mayoritas para pemimpin sangat senang tinggal di istana, sengaja berjarak dengan rakyat, dan tidak mau peduli dengan penderitaan rakyat. Akibatnya, kebijakan sang pemimpin seringkali berlawanan dengan kepentingan dan kebutuhan rakyat. Begitupun sikap ikut arus pada kaum muda masa kini yang lebih memilih hanyut mengikuti trend popular-liberal atau sibuk mengejar pencapaian material pribadi ketimbang menempa diri sebagai manusia produktif yang kelak akan membawa manfaat makro bagi Bangsa. Bagaimana dengan kita ?
Sebuah kenyataan meskipun pahit haruslah mampu segera kita sadari, dan sebuah prubahan menuju keadaan yang lebih baik tentulah pula harus segera kita perjuangkan. Sepenggal kalimat dari mendiang RA. Kartini dalam salah satu suratnya saya rasa baik untuk menutup tulisan sederhana ini, “Barang siapa tidak berani, dia tidak bakal berhasil, itu semboyanku ! maju ! semua harus dilakukan dan dimulai dengan berani ! pemberanilah yang memenangkan tiga perempat dunia !”.
Akhir kata saya serukan: Mari kita kobarkan apinya Kartini, bukan abunya !
Selamat Hari Kartini !
_______________
Bandar Lampung, 21 April 2013.
*) Mahasiswa Sosiologi FISIP Unila 2008     
    Sekretaris Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (LMND) Ekswil Lampung  
    Tulisan ini meraih Juara 1 dalam Lomba Essay Online HMJ Sosiologi Unila, April 2013.

Jumat, 19 April 2013

Sabtu, 13 April 2013


HMJ Sosiologi mengadakan Lomba Essay Online dengan tema "Membangun Kreatifitas generasi muda Indonesia melalui perjuangan R.A. Kartini sebagai Agen of Change".

== Deadline 21 April 2013 *==

*Sewaktu-waktu dapat berubah

Syaratnya : Essay yang dibuat merupakan karya sendiri, isinya singkat, padat dan jelas, serta isi essay bisa memotivasi orang lain..

Berlaku untuk umum (mahasiswa + pelajar)

Cara pengumpulannya :
1. Tag atau kirim inbox ke fb Hmj Sosiologi Fisip Unila
2. Mention ke @SOSIOLOGI_UNILA (twitter)
3. Mengisi formulir Essay Online di SINI
4. Kirim via email di hmjsos_unila@yahoo.co.id

Jangan lupa LAMPIRKAN NAMA, FAK/JUR, & NO. HP yang dapat dihubungi...
Don't forget it !

Senin, 08 April 2013

DIINFORMASIKAN KEPADA SELURUH MAHASISWA UNIVERSITAS LAMPUNG YANG AKAN MENGAMBIL MATA KULIAH KKN TEMATIK, PENDAFTARAN KKN TEMATIK TAHAP II (PERIODE BULAN JUNI-JULI) SEBAGAI BERIKUT :

No
Fakultas
Tanggal Pendaftaran
1
Ekonomi dan Bisnis
8 s.d. 12 April 2013
2
Ilmu Hukum
3
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
4
Pertanian
15 s.d. 17 April 2013
5
Teknik
6
Matematika & Pengetahuan Alam
7
Kedokteran
8
Keguruan & Ilmu Pendidikan
18 April 2013

SEKRETARIAT PENDAFTARAN DI LEMBAGA PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT GEDUNG REKTORAT LANTAI 5 UNIVERSITAS LAMPUNG.. SETIAP HARI KERJA PUKUL 09.00 s.d. 15.00 WIB. SESUAI JADWAL MASING-MASING FAKULTAS.

Sumber : http://lpm.unila.ac.id/?p=381

Sabtu, 06 April 2013

Pelaksanaan Audisi Muli Mekhanai Kota Bandar Lampung 2013 di Kampus UNILA berjalan lancar dan penuh dengan kisah seru.
Audisi Muli Mekhanai Kota Bandar Lampung 2013, yang di gelar di Fakultas FISIP UNILA, bekerjasama dengan HMJ Sosiologi ini terbilang meriah karena bersamaan dengan pelaksanaan acara Lomba Solo Song yang memang menjadi event pendukung persembahan HMJ Sosiologi.
Suasana ruang Audisi dan iringan music music dari Lomba Lagu Solo Song Daerah Lampung menambah meriah suasana hari ini (06/04/2013).  Pukul 09.00 Acara di buka secara resmi oleh PD 3 Fakultas FISIP – Pairulsyah, MH, ini menjadikan pelaksanaan Audisi Muli Mekhanai Kota Bandar Lampung semakin meriah.

Ruang Audisi terasa hangat ketika satu persatu peserta hadir ke dalam ruang audisi dengan beragam karakter personal dan maksimalnya talent yang mereka tampilkan. Juri Audisi yang selain terdiri dari jajaran Pengurus IMKOBAL juga di hadiri oleh Juri Tamu dari piahk Fakultas FISIP – DR. Erna yang merupakan seorang aktivis dan penulis tentang Hutan Mangrove dan Lingkungan Hijau.

Keragaman bukan hanya pada personality setiap peserta Audisi tetapi juga pada bakat yang mereka miliki. Tidak hanya bakat menyanyi yang memukau, tetapi juga ada bakat menari, Puisi, pidato, ceramah, main music sampai ada 2 peserta audisi yang dengan niat membawa sepatu inline skating dan beraksi menunjukkan kepiawaian mereka di depan dewan juri dengan begitu memukau. Selain itu, ada banyak sosok Aktivis Kampus yang mewarnai ruang Audisi. Ini di karenakan team HMJ Sosiologi bergerilya antar BEM setiap Fakultas untuk meminta utusan terbaik.

52 orang Peserta Audisi berkompetisi hingga pukul 16.20 dengan menampilkan totalitas personality mereka. Hingga di capailah 22 sosok terbaik hasil keputusan dewan juri.

Dan 22 peserta Lolos Audisi tersebut antara lain ;
1.    Dea Lita Baroza
2.    Muhamad Faisal Wijaya
3.    Ira Dwi Ananda
4.    Karija Novianti
5.    Indah Pratiwi Juliana SY.
6.    Kholifa Rastary
7.    Mona Aisyah
8.    Rizky Kurnia Wijaya
9.    Fery Efata Zebua
10. Suci Aproditi
11. Siti Unayah
12. Eko Parias.S
13. Yoka Pratiwi
14. Syafri Al Fizar
15. Natasha Aldiba
16. Silvia Juliantari Putri
17. Yornelis Dwi SR.
18. Nevia Septiana
19. Yulica Inggraini
20. Sandy Prasetyo
21. Zeny Putri Sanjaya
22. Arif Munandar

SELAMAT, pada 22 sosok terbaik utusan KAMPUS UNILA yang berhasil Lolos dalam tahap Audisi Kampus, Selamat berjuang kembali di Babak Workshop yg akan di gelar tgl 24 – 27 April 2013 mendatang. Semoga bisa menampilkan yang terbaik lagi sesuai koreksi para Juri di Ruang Audisi agar memuluskan jalan pada tahapan selanjutnya dalam proses Pemilihan Muli Mekhanai Kota Bandar Lampung 2013.

Terima Kasih untuk semua Mahasiswa UNILA yang telah berkenan berpartisipasi dalam audisi, dan terima kasih pada Jajaran Kampus UNILA, PD 3 FISIP dan jajarannya, rekan rekan HMJ Sosiologi yang telah membantu IMKOBAL banyak dalam proses sebelum, selama dan sesudah proses Audisi Muli Mekhanai Kota Bandar Lampung di Kampus FISIP UNILA.

Sumber : http://imkobal.blogspot.com/2013/04/22-terbaik-unila-penuh-keunikan.html
  • RSS
  • Facebook
  • Twitter
  • Google Plus
  • Youtube