Biaya pendidikan yang kian melambung membuat sebagian orang tua ataupun
mahasiswa tak mampu lagi menjangkau. Tak ayal, sebagian mahasiswa mulai
memutar otak untuk mencari pekerjaan sampingan agar tetap bisa kuliah.
Dan yang terpenting, mereka bisa melepaskan diri dari ketergantungan kepada orang tua, alias mandiri. Jenis pekerjaan sampingan (freelance) pilihan mahasiswa itu pun beragam. Misalnya, dengan menjadi karyawan freelance, berbisnis kecil-kecilan, atau mengajar privat.
Kuliah sambil kerja merupakan pilihan. Itu dilakoni sebagian mahasiswa dengan beragam alasan. Sebagian beranggapan, bekerja menjadi sebuah kebutuhan. Karena tanpa bekerja, mereka tak bisa melanjutkan kuliah lantaran desakan ekonomi. Di samping itu, bekerja juga untuk menopang kebutuhan sehari-hari mahasiswa di luar kuliah.
Ada juga mahasiswa yang bekerja sekadar untuk mengisi waktu luang, lantaran banyak waktu di luar kuliah yang kosong. Mahasiswa tipe ini biasanya bekerja sekadar untuk menambah uang saku, sebab kebutuhan inti kuliah sudah tercukupi. Dengan bekerja, ia akan lebih leluasa menggunakan uang karena mendapatkan penghasilan ganda, baik dari orang tua maupun dari hasil bekerja.
Di sisi lain, ada yang bekerja bukan semata-mata untu tujuan komersial, melainkan untuk menunjang perkuliahan serta meningkatkan keahliannya. Biasanya, pekerjaan yang diambil linier dengan bidang atau jurusan yang diambil. Misalnya, mahasiswa jurusan pendidikan atau keguruan yang memilih mengajar privat sebagai pekerjaan sambilan.
Dengan mengajar, ia dapat mengaplikasikan teori yang diperoleh di bangku perkuliahan dan mengasah keahliannya.
Kuliah sambil kerja, di satu sisi bisa dijadikan ajang untuk melatih kemandirian dan sebagai langkah persiapan diri sebelum terjun ke masyarakat. Ibarat sambil menyelam minum air, di samping menjalankan tugas akademik, mahasiswa berlatih untuk mandiri dan tidak bergantung dengan kiriman orang tua.
Konsekuen
Yang perlu digarisbawahi, jika kuliah sambil kerja tidak disikapi secara bijaksana, justru akan menjadi bumerang bagi mahasiswa itu sendiri. Alih-alih melatih kemandirian, aktivitas akademik malah terganggu dan berantakan. Mahasiswa harus menyadari risiko kuliah sambil kerja. Yang jelas, waktu mahasiswa menjadi berkurang karena tersita untuk bekerja.
Jika diukur dari jadwal formal kuliah mahasiswa, memang mahasiswa memiliki banyak waktu luang. Sebab dalam sehari mahasiswa hanya menghabiskan dua sampai tiga jam kuliah di kelas. Namun perlu disadari, aktivitas akademik tidak melulu dilakukan saat jam perkuliahan atau di dalam kelas. Waktu luang bisa dimanfaatkan untuk belajar dan berbagai aktivitas lain yang bisa menunjang akademik. Misalnya, kegiatan berorganisasi.
Kuliah sambil kerja bisa mengurangi waktu luang mahasiswa yang sebenarnya bisa dimanfaatkan dan diisi dengan kegiatan-kegiatan akademik lain yang bisa menunjang kapabilitas dan integritas mahasiswa. Ruang gerak menjadi berkurang sebab usai kuliah mereka harus menunaikan pekerjaannya, sehingga tak ada waktu lagi untuk melakukan interaksi sosial dan mengembangkan soft skill, hal yang juga sangat berguna bagi masa depan mahasiswa.
Efeknya, misalnya, berbagai organisasi kampus seperti, Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) menjadi sepi karena mahasiswa lebih memilih mengisi kegiatan yang pragmatis atau bisa menghasilkan uang ketimbang berorganisasi. Padahal berorganisasi juga penting, di samping untuk mengisi waktu luang, juga untuk mengasah bakat dan minat sebagai bekal di masa depan.
Konsentrasi kuliah pun menjadi terganggu. Karena mahasiswa harus memikirkan beban ganda antara kuliah dan pekerjaan. Sosialisasi dengan rekan sejawat atau dosen di luar jam kuliah pun berkurang. Waktu luang yang bisa digunakan untuk berkumpul, berdiskusi, atau bertukar gagasan tentang kajian atau masalah sosial pun menjadi minim. Padahal semua itu turut membantu membangun kapasitas dan kepribadian mahasiswa.
Kuliah sambil bekerja memang sebuah pilihan. Namun, perlu juga dipikirkan konsekuensinya. Bahwa, dengan memilih bekerja ia dituntut mampu mengelola waktu dengan baik. Dengan demikian, aktivitas akademik di luar perkuliahan, seperti belajar, membaca dan berorganisasi, tidak terlupakan. Bagaimanapun, masa kuliah adalah masa yang paling efektif untuk menimba ilmu dan pengalaman semaksimal mungkin sebagai bekal masa depan. (24)
—Irma Muflikhah, mahasiswa Tadris Matematika IAIN Walisongo.
Dan yang terpenting, mereka bisa melepaskan diri dari ketergantungan kepada orang tua, alias mandiri. Jenis pekerjaan sampingan (freelance) pilihan mahasiswa itu pun beragam. Misalnya, dengan menjadi karyawan freelance, berbisnis kecil-kecilan, atau mengajar privat.
Kuliah sambil kerja merupakan pilihan. Itu dilakoni sebagian mahasiswa dengan beragam alasan. Sebagian beranggapan, bekerja menjadi sebuah kebutuhan. Karena tanpa bekerja, mereka tak bisa melanjutkan kuliah lantaran desakan ekonomi. Di samping itu, bekerja juga untuk menopang kebutuhan sehari-hari mahasiswa di luar kuliah.
Ada juga mahasiswa yang bekerja sekadar untuk mengisi waktu luang, lantaran banyak waktu di luar kuliah yang kosong. Mahasiswa tipe ini biasanya bekerja sekadar untuk menambah uang saku, sebab kebutuhan inti kuliah sudah tercukupi. Dengan bekerja, ia akan lebih leluasa menggunakan uang karena mendapatkan penghasilan ganda, baik dari orang tua maupun dari hasil bekerja.
Di sisi lain, ada yang bekerja bukan semata-mata untu tujuan komersial, melainkan untuk menunjang perkuliahan serta meningkatkan keahliannya. Biasanya, pekerjaan yang diambil linier dengan bidang atau jurusan yang diambil. Misalnya, mahasiswa jurusan pendidikan atau keguruan yang memilih mengajar privat sebagai pekerjaan sambilan.
Dengan mengajar, ia dapat mengaplikasikan teori yang diperoleh di bangku perkuliahan dan mengasah keahliannya.
Kuliah sambil kerja, di satu sisi bisa dijadikan ajang untuk melatih kemandirian dan sebagai langkah persiapan diri sebelum terjun ke masyarakat. Ibarat sambil menyelam minum air, di samping menjalankan tugas akademik, mahasiswa berlatih untuk mandiri dan tidak bergantung dengan kiriman orang tua.
Konsekuen
Yang perlu digarisbawahi, jika kuliah sambil kerja tidak disikapi secara bijaksana, justru akan menjadi bumerang bagi mahasiswa itu sendiri. Alih-alih melatih kemandirian, aktivitas akademik malah terganggu dan berantakan. Mahasiswa harus menyadari risiko kuliah sambil kerja. Yang jelas, waktu mahasiswa menjadi berkurang karena tersita untuk bekerja.
Jika diukur dari jadwal formal kuliah mahasiswa, memang mahasiswa memiliki banyak waktu luang. Sebab dalam sehari mahasiswa hanya menghabiskan dua sampai tiga jam kuliah di kelas. Namun perlu disadari, aktivitas akademik tidak melulu dilakukan saat jam perkuliahan atau di dalam kelas. Waktu luang bisa dimanfaatkan untuk belajar dan berbagai aktivitas lain yang bisa menunjang akademik. Misalnya, kegiatan berorganisasi.
Kuliah sambil kerja bisa mengurangi waktu luang mahasiswa yang sebenarnya bisa dimanfaatkan dan diisi dengan kegiatan-kegiatan akademik lain yang bisa menunjang kapabilitas dan integritas mahasiswa. Ruang gerak menjadi berkurang sebab usai kuliah mereka harus menunaikan pekerjaannya, sehingga tak ada waktu lagi untuk melakukan interaksi sosial dan mengembangkan soft skill, hal yang juga sangat berguna bagi masa depan mahasiswa.
Efeknya, misalnya, berbagai organisasi kampus seperti, Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) menjadi sepi karena mahasiswa lebih memilih mengisi kegiatan yang pragmatis atau bisa menghasilkan uang ketimbang berorganisasi. Padahal berorganisasi juga penting, di samping untuk mengisi waktu luang, juga untuk mengasah bakat dan minat sebagai bekal di masa depan.
Konsentrasi kuliah pun menjadi terganggu. Karena mahasiswa harus memikirkan beban ganda antara kuliah dan pekerjaan. Sosialisasi dengan rekan sejawat atau dosen di luar jam kuliah pun berkurang. Waktu luang yang bisa digunakan untuk berkumpul, berdiskusi, atau bertukar gagasan tentang kajian atau masalah sosial pun menjadi minim. Padahal semua itu turut membantu membangun kapasitas dan kepribadian mahasiswa.
Kuliah sambil bekerja memang sebuah pilihan. Namun, perlu juga dipikirkan konsekuensinya. Bahwa, dengan memilih bekerja ia dituntut mampu mengelola waktu dengan baik. Dengan demikian, aktivitas akademik di luar perkuliahan, seperti belajar, membaca dan berorganisasi, tidak terlupakan. Bagaimanapun, masa kuliah adalah masa yang paling efektif untuk menimba ilmu dan pengalaman semaksimal mungkin sebagai bekal masa depan. (24)
—Irma Muflikhah, mahasiswa Tadris Matematika IAIN Walisongo.
0 komentar:
Posting Komentar