JAM karet, begitulah sebuah ungkapan yang menggambarkan suatu
keadaan molornya sebuah agenda yang sudah ditentukan semestinya. Hal
ini sudah biasa dan bahkan sering kita alami. Budaya jam karet memang
bukanlah hal baru, seakan sudah mengakar dan menjadi budaya di
masyarakat kita.
Jika ditinjau dari sudut etika, seseorang yang membiasakan jam karet
adalah orang yang mementingkan kepentingan sendiri, ada benturan antara
kepentingan pribadi dan kepentingan umum.
Orang yang berperilaku jam karet merasa harus menyelesaikan urusannya
dahulu baru memikirkan urusan lainnya yang bersifat umum. Perilaku ini
juga erat kaitannya dengan tingkat kedisiplinan seseorang, kesadaran
akan pentingnya komitmen yang telah dibuat dan sikap penghargaan atas
waktu yang terus berjalan dan tidak akan tergantikan. Kebiasaan jam
karet memberikan dampak negatif yang lebih besar jika terus dilakukan.
Kelihatannya sepele, tapi bila sering dilakukan dan menjadi kebiasaan,
akan sulit untuk mengubahnya.
Suka menunda adalah penyebab utama dari budaya jam karet. Tak
dimungkiri, banyak orang yang memiliki kebiasaan menunda. Menunda datang
ke acara, atau kegiatan tertentu karena merasa buat apa datang tepat
waktu, toh akhirnya acaranya pasti molor. Anggapan tersebut memang
terjadi karena kesalahan dari kita tidak membiasakan tepat waktu.
Membiasakan disiplin waktu sangat berpengaruh positif dalam kegiatan
sehari-hari sehingga semua dapat terkendalikan. Dengan mengubah
kebiasaan jam karet dan mendisiplinkan diri akan mudah untuk menuju
kesuksesan.
0 komentar:
Posting Komentar